Senin, 19 November 2012

Tuberculosis


 TUBERCULOSIS
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Pelajaran Pengantar ilmu penyakit” (PIP)








Disusun Oleh :
Fikri Amalia
Melva Destriantry A
Vera Yuliani

Kelas : XI Perawat Medis A

SMK KESEHATAN BHAKTI KENCANA CIMAHI




KATA PENGANTAR
              Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Illahi Rabbi yang telah memberikan Taufik dan Hidayah serta kesehatan kepada kami, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan ini. Serta shalawat serta salam akan tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan juga sahabat-sahabat-Nya.
          Kami sebagai penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bpk. Kosasih Wikartamanggala yang telah memberi dukungan dan membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
          Makalah ini memuat topik tentang penyakit TUBERCULOSIS serta tanda dan gejala penyakit TBC dll.Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang penyakit kanker. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi penulis untuk menambah pengetahuan dan keahlian yang dapat berguna di masa yang akan datang.
          Bagaimanapun juga, tiada gading yang tak retak, demikian juga dengan makalah ini.Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
          Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.Semoga Allah SWT selalu meridhai segala usaha kita.Amin.

                                                                                 Penulis  

01 november 2012




Daftar isi

Kata pengantar ...............................................................................................i
Daftar isi .........................................................................................................ii

Bab I .................................................................1
Pendahuluan .....................................................................................................1
1.1          Latar belakang ....................................................................................2
1.2         Tujuan ...................................................................................................2
1.3         Rumusan masalah ................................................................................2
1.4         Manfaat ................................................................................................2
1.5         Sistematika pembahasan ..................................................................2

bab II.................................................................3
Tinjauan teori ..................................................................................................3
2.1 Definisi ........................................... ...........................................................3
2.2 Etiologi ........................................... ...........................................................3
2.3 Patofisiologi ..............................................................................................4
2.4 Tanda dan gejala ......................................................................................5
2.5 Penatalaksanaan .......................................................................................6

Bab III ..............................................................9
Asuhan keperawatan ......................................................................................9
3.1 Diagnosa keperawatan ............................................................................9
3.2 Perencanaan .............................................................................................10

KESIMPULAN ................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................14






BAB I
 PENDAHULUAN
1.1          LATAR BELAKANG

     Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit yang menular yang disebabkan oleh Mycrobacterium tuberculosis dan penyakit ini bisa menular melalui, batuk yang mengeluarkan percikan dahak, bersin. Pada tahun 1993, WHO telah mencanangkan kedaruratan global penyakit tuberkulosis di dunia, karena pada sebagian besar negara di dunia, penyakit tuberkulosis menjadi tidak terkendali. Di Indonesia sendiri, penyakit tuberkulosis merupakan masalah kesehatan yang utama. Pada tahun 1995, hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), menunjukkan bahwa penyakit tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor tiga (3) setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada semua kelompok umur.
      Di Indonesia sendiri, menurut Kartasasmita (2002), karena sulitnya mendiagnosa tuberkulosis pada anak, maka angka kejadian tuiberkulosis pada anak belum diketahui pasti, namun bila angka kejadian tuberkulosis dewasa tinggi dapat diperkirakan kejadian tuberkulosis pada anak akan tinggi pula. Hal ini terjadi karena setiap orang dewasa dengan BTA positif akan menularkan pada 10-15 orang dilingkungannya, terutama anak-anak.
Lingkungan merupakan hal yang tidak terpisahkan dari aktivitas kehidupan manusia. Lingkungan, baik secara fisik maupun biologis, sangat berperan dalam proses terjadinya gangguan kesehatan masyarakat, termasuk gangguan kesehatan berupa penyakit tuberkulosis pada anak (Notoatmodjo, 2003). Oleh karena itu kesehatan anak sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, baik secara fisik, biologis, maupun sosial.
Lingkungan rumah merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh nesar terhadap status kesehatan penghuninya  (Notoatmodjo, 2003). Lingkungan rumah merupakan salah satu faktor yang berperan dalam penyebaran kuman tuberkulosis. Kuman tuberkulosis dapat hidup selama     1 – 2 jam bahkan sampai beberapa hari hingga berminggu-minggu tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang baik, kelembaban, suhu rumah dan kepadatan penghuni rumah.

1.2         TUJUAN
a.    TUJUAN UMUM
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien TBC, untuk mengetahui gejala-gejala dari penyakit sehingga masyarakat bisa mengantisipasi, dalam kehidupan sehari-hari selain itu makalah ini juga bisa menjadi bahan bacaan bagi semua kalangan.

b.    TUJUAN KHUSUS
1.     Megetahui ciri-ciri klien TBC dengan melakukan pengkajian keperawatan
2.    Mengetahui intervensi keperawatan pada klien dengan TBC
3.    Mengetahui tindak lanjut intervensi dalam evaluasi keperawatan pada klien TBC
4.    Mengetahui bagaimana cara penanggulanga peyakit TBC

1.3         RUMUSAN MASALAH
1.     Apa pengertia Tuberculosis ?
2.    Bagaimana etiologi TBC ?
3.    Bagaimana patofisiologi TBC ?
4.    Apa tanda dan gejala TBC ?
5.    Bagaimana penatalaksanaan TBC?
6.    Bagaimana diagnosa keperawatan TBC ?

1.4         MANFAAT
1.     Untuk mengetahu definisi dari TBC
2.    Untuk mengetahui penyebab dari TBC, baik dari tanda, gejala, patofisiologi, etiologi, penatalaksanaan, asuhan keperawatan dan patofisiologi dalam tubuh.

1.5         SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Makalah ini berisikan cover pada bagian pertama, dan kata pengantar pada bagian halaman kedua. Dan di BAB 1 pendahuluan berisikan; latar belakang, rumusan masalah, manfaat, sistematika pembahasan. BAB II berisikan; peninjauan teori, definisi, penyebab atau etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala serta penatalaksanaan. BAB III asuhan keperawatan, diagnosa keperawatan dan perencaaan. Dan berisi kesimpulan dan daftar pustaka.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1         DEFINISI
Penyakit TBC  atau yang biasa dikenal sebagai Tuberkulosis merupakan suatu penyakit infkesi kronis atau menahun dan menular yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium Tuberklosa yang dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia dan jenis kelamin. Namun sesuai fakta yang ada bahwa penderita penyakit TBC lebih banyak menyerang pada usia produktif yang berkisar antara 15-35 tahun. TBC juga merupakan penyakit yang menular melalui udara dan biasanya bakteri mikobakterium tuberkulosa terbawa pada saat seseorang batuk lalu mengeluarkan dahak. Bahayanya jika bakteri ini masuk dan terkumpul dalam paru-paru, maka bakteri ini akan berkembang biak secara cepat.

2.2        ETIOLOGI
Penyebabnya adalah kuman microorganisme yaitu: mycobacterium tuberculosis dengan ukuran panjang 1-4 UM dan tebal 1.3-0.6 UM termasuk golongan bakteri aerobgram positif serta tahan asam atau basil tahan asam. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan (basil tahan asam). Kuman TB cepat mati dengan sianar matahari langsung tetapi bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembek. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dominan selama beberapa tahun. Kuman dapat disebarkan dari penderita TB BTA positif kepada orang yang berada disekitarnya, terutama kontak yang erat TBC  merupakan penyakit yang sangat infensius. Seorang penyakit TBC dapat menularkan penyakit kepada 10 orang disekitarnya. Menurut perkiraan WHO, 1/3 penduduk saat ini telah terinfeksi mycrobacterium tuberculosis.
·         Disebabkan oleh bakteri mikobakterium tuberklosa yang berbentuk batang bersifat tahan asam . Sejenis kuman yang berbentuk batang denagn ukuran panjang 1-4 /mm dan tebal 0,3-0,6 /mm. sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid ini adalah yang membuat kuman lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik.
Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat bertahan-tahan dalam lemari es).
·         mudah menyerang orang-orang  yang hidup dalam lingkungan tidak sehat
·         lingkungan yang lembab,
·         kurangnya sirkulasi udara dlam ruangan
·          kurangnya sinar matahari dalam ruang

2.3        PATOFISIOLOGI
       Penularan TBC terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersikan sehingga penyebaran kuman keudara dalam bentuk droplet (percikan darah). Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung ada/tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi dan kelembaban. Dalam suasan yang gelap dan lembab kuman dapat bertahan sampai berhari-hari bahakan berbulan-bulan, bila partikel infeksi ini terisap oleh orang yang sehat akan menempel pada alveoli kemudian partikel ini akan berkembang dan bisa sampai puncak apeks paru sebelah kanan/kiri dan dapat pula keduanya berpindah dengan melewati pembuluh limfe. Setelah itu, infeksi akan menyebar melalui sirmulasi, yang pertama terangsang adalah: limfokinase yang dibentuk lebih banyak untuk merangsang makrofag, berkurang tidaknya jumlah kuman tergantung pada jumlah makrofag. Karena fungsinya adalah membunuh kuman/basil, apabila proses ini berhasil dan makrofag lebih banyak maka klien akan sembuh dan daya tahan tubuh akan meningkat. Tetapi apabila kekebalan tubuhnya menurun maka kuman tadi akan bersarang di dalam jaringan paru-paru dengan membentuk tuberkel. Tuberkel lama-kelamaan akan bertambah besar dan bergabung menjadi satu dan lama-lama tumbuh permajuan di temapat tersebut. Apabila jaringan nerkosis dikeluarkan saat penderita batuk yang menyebabkan pembuluh darah pecah, maka klien akan batuk darah (hemaploe).

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGMh42as28NTb0JYqrMa5dA47kB2xofa0qLXQAPuhyKlrYuhy_LsPN_QyzqObTCBVp8V31p3iI_XfYsKqR6P6EldZra0JITDasxgd7l_4jQx8AinEJBowV_FUhJEcrJ4NtU0Y3aLWnj90/s1600/tbc+pathway+ilmu27.png

2.4        TANDA DAN GEJALA
1.     Tanda
-      Penurunan berat badan
-      Anoreksia
-      Dispneu
2.    GEJALA
a.    GEJALA UMUM
-      Mudah mengalami demam,dengan demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung lama.
-      Sering berkeringat pada malam hari.
-      Gampang terkena influenza dan bersifat hilang timbul.
-      Perasaan terasa lemah, lesu
-       Turunnya berat badan dan kurang nafsu makan
-      Batuk-batuk lebih dari 3 minggu dan kadang-kadang juga disertai dengan darah.
-      Dahak bercampur darah.
-      Sesak napas dan rasa nyeri dada

b.    GEJALA KHUSUS
-          Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai sesak.
-          Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
-          Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
-          Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

2.5        PENATALAKSANAAN
1.      Pengobatan
Tujuan terpenting dari tata laksana pengobatan tuberkulosis adalah eradikasi cepat M.Tuberculosis, mecegah resistensi dan mencegah terjadinya komplikasi.
JENIS DAN DOSIS OBAT :
a.           Isoniazid (H)
Isoniazid (dikenal dengan INH) bersifat bakterisid, efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif, yaitu kuman yang sedang berkembang. Efek samping yang mungkin timbul berupa neuritis perifer, hepatitis rash, demam Bila terjadi ikterus, pengobatan dapat dikurangi dosisnya atau dihentikan sampai ikterus membaik. Efek samping ringan dapat berupa kesemutan, nyeri otot, gatal-gatal. Pada keadaan ini pemberian INH dapat diteruskan sesuai dosis.

b.      Rifampisin (R)
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dorman (persisten). Efek samping rifampisin adalah hepatitis, mual, reaksi demam, trombositopenia. Rifampisin dapat menyebabkan warnam merah atau jingga pada air seni dan keringat, dan itu harus diberitahukan pada keluarga atau penderita agar tidak menjadi cemas. Warna merah tersebut terjadi karena proses metabolism obat dan tidak berbahaya.
c.       Pirazinamid (P)
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam. Efek samping pirazinamid adalah hiperurikemia, hepatitis, atralgia.
d.      Streptomisin (S)
Bersifat bakterisid, efek samping dari streptomisin adalah nefrotoksik dan kerusakan nervus kranialis VIII yang berkaitan dengan keseimbangan dan pendengaran.
e.       Ethambutol (E)
     Bersifat bakteriostatik, ethambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan berupa berkurangnya ketajaman penglihatan, buta warna merah dan hijau, maupun optic neuritis.
2.      Pembedahan
Dilakukan jika pengobatan tidak berhasil, yaitu dengan mengangkat jaringan paru yang rusak, tindakan ortopedi untuk memperbaiki kelainan tulang, bronkoskopi untuk mengangkat polip granulomatosa tuberculosis atau untuk reseksi bagian paru yang rusak.
3.      Pencegahan
         Menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi basil tuberkulosis, mempertahankan status kesehatan dengan asupan nutrisi adekuat, minum susu yang telah dilakukan pasteurisasi, isolasi jika pada analisa sputum terdapat bakteri hingga dilakukan pengobatan, pemberian imunisasi BCG untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil tuberkulosis virulen.


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1         DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ø  Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental/darah.
Ø  Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolar-kapiler.
Ø  Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan produksi spuntum/batuk, dyspnea atau anoreksia
Ø  Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer, penurunan geraan silia, stasis dari sekresi.
Ø  Kurang pengetahuan tentang kondisi, terapi dan pencegahan berhubungan dengan infornmasi kurang / tidak akurat.


3.2        PERENCANAAN
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN
PERENCANAAN
1
Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental/darah.
Kebersihan jalan napas efektif.
Dengan Kriteria Hasil :
? Mencari posisi yang nyaman yang memudahkan peningkatan pertukaran udara.
? Mendemontrasikan batuk efektif.
? Menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi.
1.                  Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat penumpukan sekret di sal. pernapasan.
2.      Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.
3.      Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.
4.      Lakukan pernapasan diafragma.
5.      Tahan napas selama 3 - 5 detik kemudian secara perlahan-lahan, keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut.
6.      Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.
7.      Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi : mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan cairan 1000 sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi.
8.                  Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk.
2
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolar-kapiler.
Pertukaran gas efektif.
Kriteria Hasil :
? Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif.
? Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru.
? Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab.
9.                  Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.
10.  Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan tanda-tanda vital.
R/ Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock sehubungan dengan hipoksia.
11.  Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan.
12.  Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau kolaps paru-paru.
13.              Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dnegan menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.
3
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan produksi spuntum/batuk, dyspnea atau anoreksia
Kebutuhan nutrisi adekuat
Kriteria Hasil :
? Menyebutkan makanan mana yang tinggi protein dan kalori
? Menu makanan yang disajikan habis
? Peningkatan berat badan tanpa peningkatan edema
14.              Diskusikan penyebab anoreksia, dispnea dan mual.
15.  Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan.
16.  Tawarkan makan sedikit tapi sering (enam kali sehari plus tambahan).
17.  Pembatasan cairan pada makanan dan menghindari cairan 1 jam sebelum dan sesudah makan.
18.  Atur makanan dengan protein/kalori tinggi yang disajikan pada waktu klien merasa paling suka untuk memakannya.
19.              Konsul dengan dokter/shli    gizi bila klien tidak mengkonsumsi nutrien yang cukup.

KESIMPULAN :
TBC merupakan suatu penyakit, yang menyerang paru-paru yang disebabkan oleh Mikobakterium Tuberklosa, Basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bacteria namun tidak membunuh organisme tersebut. Penyakit ini memliki tanda dan gejala sebagai berikut :

1.     TANDA :
-          Penurunan berat badan
-          Anoreksia
-          Dispneu
2.    GEJALA :
a.    GEJALA UMUM
-      Mudah mengalami demam,dengan demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung lama.
-      Sering berkeringat pada malam hari.
-      Gampang terkena influenza dan bersifat hilang timbul.
-      Perasaan terasa lemah, lesu
-       Turunnya berat badan dan kurang nafsu makan
-      Batuk-batuk lebih dari 3 minggu dan kadang-kadang juga disertai dengan darah.
-      Dahak bercampur darah.
-      Sesak napas dan rasa nyeri dada

b.    GEJALA KHUSUS
-          Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai sesak.
-          Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
-          Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
-          Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

Penyakit TBC juga menyerang secara cepat, dan mudah sekali menginfeksi pada orang yang tidak mempunyai penyakit TBC. Penyakit TBC juga memerlukan waktu yang begitu lama untuk pengobatannya karena, supaya memastikam bahwa seluruh kuman TBC sebagian dari kuman mungkin akan mati pada saat memulai mnum obat, dan perlu waktu lama untuk memastikan seluruhnya bahwa kuman tersebut telah musnah




Tidak ada komentar:

Posting Komentar